Bethsaida Hospital - Hospital With Heart
Tanpa Ring, Tanpa Bypass: Perubahan Budaya Menuju Penggunaan Balon Berlapis Obat (DCB) di Indonesia

Tanpa Ring, Tanpa Bypass: Perubahan Budaya Menuju Penggunaan Balon Berlapis Obat (DCB) di Indonesia

Operasi Bypass
Di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya, masih banyak orang yang memiliki ketakutan atau kekhawatiran terhadap prosedur jantung yang bersifat invasif, seperti operasi bypass (CABG) atau pemasangan benda asing dalam tubuh mereka seperti ring (stent). Kekhawatiran ini kerap dipengaruhi oleh faktor budaya, pengalaman pribadi, atau pemahaman medis yang belum menyeluruh.

Untungnya, kini ada teknologi baru dalam dunia jantung intervensi yang bernama Balon Berlapis Obat (Drug-Coated Balloon atau DCB) yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan pemasangan ring. Dengan DCB, tidak ada alat asing yang ditinggalkan dalam pembuluh darah koroner jantung, sehingga pembuluh darah tetap dipertahankan alami dengan risiko komplikasi yang lebih kecil dibandingkan dengan pemasangan stent. Selain itu, pasien juga tidak perlu mengkonsumsi obat pengencer darah dalam jangka waktu lama, ini penting buat pasien yang mempunyai resiko perdarahan dan pasien yang berusia lanjut.

Di Bethsaida Hospital, teknologi DCB dengan pola makan berbasis nabati utuh (Whole-Food Plant-Based Diet/WFPBD). Hasilnya, angka penyempitan ulang pembuluh darah (restenosis) sangat rendah, hanya sekitar 2%, dibandingkan dengan 20% di tempat lain. Bahkan, beberapa pasien menunjukkan tanda-tanda pengecilan dari plak di pembuluh darah yang disebut reversal atau regresi.

Mengapa Banyak Pasien Takut Prosedur Jantung yang Invasif?
Banyak pasien di Indonesia merasa takut menjalani operasi jantung atau pemasangan ring karena faktor budaya, keyakinan spiritual, maupun pengalaman pribadi seperti:

  • Stent yang kembali tersumbat
  • Obat yang tidak bisa dihentikan setelah pemasangan ring
  • Tidak bisa melepas ring jika terjadi komplikasi
Banyak pasien juga merasa lebih tenang jika tidak perlu mengonsumsi obat jangka panjang atau memasukkan alat asing ke dalam tubuh mereka. Karena alasan tersebut, beberapa pasien memilih melakukan pengobatan jantung di luar negeri yang menyediakan alternatif tindakan seperti bypass koroner.

Balon Berlapis Obat (DCB): Solusi yang Lebih Alami
DCB bekerja dengan cara mengantarkan obat langsung ke pembuluh darah saat balon dikembangkan, tanpa meninggalkan alat apa pun. DCB dilakukan setelah dokter melakukan preparasi mengembangkan pembuluh yang tersumbat dengan menggunakan balon khusus yang disebut balon khusus (lesion preparation). Pendekatan dengan DCB dikenal luas dengan istilah "leave nothing behind", tidak ada ring atau benda asing yang ditinggalkan dalam tubuh pasien.

Keunggulan DCB dibandingkan ring (stent):

  1. Tidak ada benda asing yang ditinggalkan dalam tubuh pasien.
  2. Pembuluh darah tetap bisa bekerja secara alami, mengecil dan melebar terutama pada waktu olah raga (fungsi vasomotor).
  3. Risiko peradangan (inflamasi), penggumpalan (stent thrombosis) lebih rendah ketimbang pemasangan stent dan juga reaksi alergi dengan DCB belum pernah dilaporkan.
  4. Pasien tidak perlu konsumsi obat pengencer darah dalam jangka panjang.
  5. Pilihan yang tepat untuk pasien yang mudah mengalami perdarahan atau yang akan menjalani tindakan medis lain dalam waktu dekat, seperti cabut gigi.
  6. Cocok untuk pasien muda karena tidak mengubah bentuk asli pembuluh darah jantung. Jika di masa depan ada pengobatan baru seperti terapi genetik, pembuluh darah koronernya tetap bisa menerima perawatan karena strukturnya masih dipertahankan.
  7. Cocok dengan budaya yang menghindari benda asing di dalam tubuh (khususnya orang Asia, termasuk Indonesia).

DCB Bisa Digunakan untuk Pelbagai Jenis Sumbatan Jantung
Awalnya, DCB direkomendasikan untuk pembuluh darah koroner berukuran kecil ( < 3mm) atau penyempitan ulang setelah pasang ring yang disebut dengan istilah In-stent Restenosis atau ISR. Namun saat ini, DCB bisa digunakan juga untuk:

  • Serangan jantung akut (heart attack).
  • Penyumbatan di pembuluh darah koroner yang berukuran besar.
  • Penyumbatan yang panjang dan menyeluruh (long or diffuse lesion).
  • Sumbatan total menahun (Chronic Total Occlusion/CTO)
  • Sumbatan di cabang pembuluh darah (Bifurkasi).
  • Penyumbatan keras dengan perkapuran (Calcification).
  • Pasien dengan risiko perdarahan tinggi.
  • Plak yang rawan pecah (plak rentan) yang berisiko tinggi yang disebut sebagai Vulnerable Plaque yang biasanya berukuran dibawah 70%.
Di Bethsaida Hospital, kami menggabungkan penggunaan DCB dengan pola makan berbasis nabati utuh (Whole-Food-Plant-Based-Diet). Program ini melibatkan dokter, ahli gizi, dan tim medis lainnya. Hasilnya:
  • Penyempitan ulang pembuluh darah (Restenosis) rendah, hanya 2%.
  • Pemeriksaan follow-up dengan CT-Scan koroner jantung menunjukkan reversal/regresi plak.

*Sakit jantung tiba-tiba

Waspadai Terapi yang Belum Terbukti Secara Ilmiah
Banyak terapi yang dipromosikan tapi belum terbukti aman atau efektif, seperti:

  • Terapi khelasi (infus logam berat).
  • EECP (alat pemompa kaki).
  • Penyedotan bekuan darah (Megavac Thrombectomy) yang tidak sesuai dengan indikasi. Gumpalan darah itu lembek seperti agar sehingga mudah disedot namun plak itu keras sehingga tidak bisa disedot. Hanya ada 3 cara di dunia untuk mengatasi plak jantung dengan stent, DCB atau di bypass
Terapi-terapi ini sering dijual dengan janji berlebihan dan dapat membahayakan pasien. Untuk lebih lanjutnya dapat kami berikan literatur-literatur terkini ditambah bukti untuk mengkonfirmasi kebenaran yang kami sampaikan melalui publikasi yang memanfaatkan teknologi artificial intelligence.

Peran Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dalam Edukasi Pasien Teknologi AI bisa membantu dokter menjelaskan pilihan pengobatan yang sesuai kepada pasien. AI bisa membantu:
  • Memberi informasi yang akurat dan mudah dipahami.
  • Mencegah pasien percaya dan terjebak terhadap informasi yang keliru atau terapi palsu.
  • Membantu pasien memilih terapi yang tepat, aman, dan sesuai dengan kebutuhannya.

Kesimpulan
Karena banyak pasien Indonesia enggan menjalani prosedur jantung invasif, pendekatan menggunakan balon berlapis obat (DCB) menjadi solusi yang sangat tepat dan aman. Jika dikombinasikan dengan pola makan sehat dan edukasi pasien dengan baik dan memadai, hasil pengobatan jantung bisa jauh lebih baik — bahkan bisa memperbaiki kondisi penyumbatan yang telah terjadi (reversal/regresi). Dengan bantuan teknologi dan informasi yang akurat, pasien dapat membuat keputusan yang bijak, aman, dan sesuai dengan nilai hidup mereka.

Pembahasan lebih lanjut dari para dokter Bethsaida Hospital terkait penyakit jantung & hidup sehat

Pertama di Indonesia, Mengecilkan Sumbatan Koroner dan Mencegah ISR Prof. dr. Dasaad Mulijono,MBBS(Hons), FIHA, FIMSANZ, FRACGP, FRACP, PhD
Rahasia Diet Aman & Terbaik, Untuk Jantung Koroner - dengan narasumber Prof. dr. Dasaad Mulijono,MBBS(Hons), FIHA, FIMSANZ, FRACGP, FRACP, PhD & DR SUSIANTO