Waspadai Penyakit Jantung Tanpa Gejala: Jangan Hanya Andalkan Pedoman Medis
Narasumber : Prof. Dr. dr. Dasaad Mulijono MBBS (Hons), SpJP(K), FIMSANZ, FCSANZ, FRACP, FRACGP, FICLM, PhD
Pedoman medis biasanya digunakan dokter sebagai panduan untuk menentukan kapan seseorang perlu diperiksa atau diobati. Namun, bergantung pada pedoman saja bisa berbahaya, terutama untuk penyakit jantung koroner.
Sebab banyak orang mengalami serangan jantung tanpa gejala apapun sebelumnya seperti yang sudah sering diberitakan yakni kematian mendadak yang menimpa selebriti terkenal kita:
- Adjie Massaid (anggota DPR & aktor): wafat di usia 43 tahun karena serangan jantung usai bermain futsal.
- Ashraf Sinclair (aktor): meninggal di usia 40 tahun, diduga karena serangan jantung mendadak saat tidur.
- Benyamin Sueb (pelawak, aktor Betawi legendaris): meninggal setelah bermain sepak bola, juga karena serangan jantung.
- Basuki(aktor & pelawak): meninggal akibat serangan jantung mendadak
Ini menunjukkan bahwa jika kita hanya menunggu munculnya keluhan seperti nyeri dada, penyakit jantung bisa berkembang diam-diam dan baru terdeteksi ketika sudah parah.
Artikel ini menyarankan agar dokter dan pasien lebih proaktif, terutama bagi mereka yang punya faktor risiko seperti:
- Riwayat keluarga dengan penyakit jantung,
- Gaya hidup yang tidak sehat (pola makan buruk, merokok, jarang olahraga, kurang tidur),
- Stres berlebihan
- Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas atau diabetes.
Contohnya:
Seorang pria berusia 50 tahun datang ke hospital X ingin cek jantung tanpa memiliki gejala apapun. Pemeriksaannya hanya meliputi cek fisik, laboratorium dasar, calcium scoring, dan treadmill test. Semuanya dinyatakan normal, pasien pun dipulangkan tanpa perlu follow up atau mengubah faktor-faktor resiko.
Tiga bulan kemudian pasien datang ke Bethsaida Hospital dengan serangan jantung dan segera ditangani dengan prosedur kateterisasi untuk perbaikan sumbatan dengan teknik terbaru yakni balon berlapis obat (Drug Coated Balloon/DCB). Setelah pulih, pasien mengikuti program perubahan gaya hidup (lifestyle habit) dan mulai menjalani pola makan nabati (Whole Food Plant Based Diet/ WFPBD).
Setahun kemudian, saat kontrol ulang, hasil pemeriksaan lengkap termasuk laboratorium dan MSCT koroner menunjukkan kondisi yang sangat baik. Semua faktor risiko berhasil dikendalikan:
- Berat badan turun dari 80 kg menjadi 60 kg (tinggi 165 cm)
- Tekanan darah terkontrol tanpa obat
- HbA1C turun dari 6.2% ke 5.5% tanpa obat
- LDL kolesterol turun dari 180 mg/dL ke 30 mg/dL dengan pengobatan
- Tetap minum pengencer darah ringan dan suplemen jantung
Apa yang bisa kita pelajari?
- Serangan jantung tidak selalu didahului dengan gejala.
- Gaya hidup sehat penting, tapi tidak menjamin jika tidak disertai pemeriksaan yang tepat.
- Pemeriksaan jantung dini bisa menyelamatkan nyawa, terutama jika punya faktor risiko.